DAFTAR
ISI
Halaman
Judul………………...………………………………….………………………….
Halaman
Pengesahan………………………………….……………………………………..
Kata
Pengantar………….……………………………………..…………. …………………
Daftar
Isi ………………………..……………………………….…………..........................
BAB
I PENDAHULUAN …………………………………………….…….……………..
A. Latar
Belakang……………………………………………………………………….
B. Permasalahan…………………………………………………………………………
C. Tujuan………………………………………………………………………………..
BAB II PEMBAHASAN………………………………….…….…………………………..
A.
Pengertian
Lingkugan…………………………………………………………………
B. Teori-teori
Belajar…………………………………………………………………….
BAB
III PENUTUP …………………………………………….…….…………………….
·
Kesimpulan…………………………………….………………………………………….
·
Saran ……………………………………………….…….……………………………….
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah penulis
mengucapkan kehadirat Allah swt. yang telah memberikan taufiq dan karunianya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dan tidak lupa pula
shalawat dan salam kita sampaikan keharibaan Nabi Besar Muhammad SAW yang
telah mengantarkan kita dari alam jahiliyah kepada alam yang berilmu
pengetahuan.
Dan tidak lupa kami berterima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah
Biologi Dasar yang telah mendukung
kami dalam menyelesaikan makalah kami. Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Biologi Dasar yang menggantikan
nilai kami dalam Ujian Akhir Semester nanti.
Terakhir, penulis secara terbuka mengakui berbagai informasi dalam makalah
ini tidak luput dari kekeliruan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan
saran para pembaca sangat diharapkan.
Penyusun
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tingkat
kepedulian masyarakat terhadap lingkungan tercermin dari kondisi lingkungan
disekitar yang telah mengalami kerusakan alam dan pencemaran lingkungan. Untuk
lebih meningkatkan rasa kesadaran, tanggung jawab serta kepedulian terhadap lingkungan,
perlu ditanamkan pendidikan lingkungan sejak dini, yaitu melalui pendidikan
berbudaya lingkungan di Sekolah Dasar. Gagasan pemerintah untuk menerapkan
Pendidikan Lingkungan Hidup sebagai muatan lokal ditingkat SD hingga SMA
merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan.
Di Kodya Bandung beberapa sekolah dasar telah melaksanakan pembelajaran
lingkungan. Tetapi belum diketahui sejauh mana pembelajaran ini berlangsung di
sekolah dasar. Mengingat di sekolah dasar belum ada guru IPA yang khusus
menguasai bidang lingkungan.
Oleh
sebab itu telah dilakukan penelitian deskriptif yang terdiri dari 2 tahap yaitu
analisa kurikulum dan, observasi lapangan untuk memperoleh data yang meliputi
model pembelajaran, media pembelajaran, kendala pelaksanaan pembelajaran
lingkungan hidup, dan fasilitas sekolah yang menunjang pembelajaran. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran lingkungan hidup belum
terlaksana secara maksimal karena beberapa permasakahan yang dialami oleh para
guru sekolah dasar. Agar pembelajaran lingkungan hidup dapat terlaksana secara
maksimal, maka sebagai tindak lanjut dilakukan kegiatan sosialisasi dan
lokakarya terhadap guru-guru sekolah dasar dalam meningkatkan proses
pembelajaran lingkungan hidup serta pemberdayaan sumber daya manusia.
Sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung, kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau, menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman "dekat". Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan asap yang memedihkan mata.
Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi dan Sosiologi.
Sebagian siswa SLTP dan SMU yang menggemari petualangan melakukan kegiatan pendakian di berbagai gunung, kemudian menorehkan identitas mereka di pohon-pohon dengan menggunakan pisau, menyemprotkan cat (pilox) di bebatuan dan gua-gua; kemudian membawa pulang beberapa tangkai edelwise sebagai persembangan kepada teman-teman "dekat". Sebagian lagi memodifikasi knalpot sepeda motor yang dikendarai sehingga terdengar raungan yang memekakkan telinga dan mengepulkan asap yang memedihkan mata.
Berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan lingkungan semestinya dapat dikendalikan karena mereka telah memperoleh materi lingkungan, yang terintegrasikan ke dalam berbagai bidang studi. Di jenjang sekolah dasar, materi lingkungan terintegrasikan ke dalam mata pelajaran IPA dan IPS; demikian juga di jenjang SLTP, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran IPA-Biologi, IPA-Fisika, IPA-Geografl, dan IPS-Ekonomi; sedangkan di jenjang SMU, materi lingkungan terintegrasi ke dalam mata pelajaran Biologi dan Sosiologi.
Secara
hakikat, hasil sebuah pembelajaran adalah adanya perubahan perilaku. Berbagai
fakta menunjukkan, berbagai perilaku siswa yang mengarah pada perusakan
lingkungan masih mudah ditemukan. Dengan kata lain, kesadaran lingkungan siswa
masih perlu ditingkatkan.
B.
Permasalahan
Persoalan
mendesak adalah bagaimana meningkatkan kesadaran siswa terhadap lingkungan.
Sehingga memunculkan pertanyaan perlukah pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan sekolah sebagai media dalam upaya peningkatan hasil belajar siswa?
C.
Tujuan
Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa untuk
memanfaatkan lingkungan sebagai media pembelajaran yang menyenangkan dengan
menggunakan siswa sebagai subjek yang mampu mengembangkan diri sesuai dengan
bakat dan kemampuannya. Selain itu bagi penulis sendiri bisa mengetahui tingkat
keberhasilan dari pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah sebagai media
pembelajaran sehingga memudahkan peneliti dalam penyapaian materi terutama pada
materi ekosistem.
Sedangkan
bagi guru dapat meningkatkan kecakapan dalam menentukan media pembelajaran yang
sesuai dengan materi, situasi dan kondisi lingkungan sekolah. Selain itu
mendekatkan anak dengan lingkungan sekitar sekolah, sehingga dapat menumbuhkan
rasa cinta terhadap lingkungan dan pada akhirnya dapat menumbuhkan kesadaran
akan kebesaran dan Maha Sempurnanya Allah sebagai Tuhan Yang Maha Pencipta.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Lingkugan
Dalam
pengertian yang luas belajar adalah proses perubahan seseorang dari yang tidak
tahu menjadi tahu. Misalnya seseorang yang tidak tahu akan adanya konsep
tentang ekosistem maka dengan belajar akan menjadi tahu dan paham apa yang
dimaksud dengan konsep ekosistem. Menurut Oemar Hamalik (2004: 194). Belajar
pada hakikatnya adalah suatu interaksi antara individu dan lingkungan. Menurut
Slameto (2003:2) bahwa “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya”. Proses belajar yang disertai dengan pembelajaran akan lebih
efektif dan terarah, dari pada belajar dari pengalaman dalam kehidupan sosial.
Agar pembelajaran lebih terarah proses pembelajaran terdiri dari beberapa
komponen diantaranya yang satu sama lain saling berinteraksi, komponen tersebut
adalah tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode, model dan strategi
pembelajaran, media dan evaluasi, semuanya ini merupakan satu komponen agar
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Kegiatan
belajar mengajar adalah suatu kodisi yang dengan sengaja diciptakan oleh guru
guna membelajarkan anak didiknya, dimana guru sebagai pengajar dan siswa
sebagai anak didik. Kesatuan atau perpaduan kedua unsur ini maka lahirlah
interaksi yang edukatif dengan memanfaatkan bahan sebagai mediumnya.
Pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam kegiatan belajar
mengajar. Menurut Surya (2004: 7) “pembelajaran adalah suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh sesuatu perubahan perilaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya”.
B. Teori-teori
Belajar
Menurut
Sukmadinata (2004 : 167) Teori- teori belajar bersumber dari teori atau aliran
– aliran psikologi. Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar psikologi
yaitu : teori disiplin mental, behaviorisme, dan kognitif- gestalt - field.
1. Teori disiplin
mental
Menurut
rumpun psikologi ini individu memiliki kekuatan kemampuan, atau potensi-potensi
tertentu. Belajar adalah pengembangan dari kekuatan-kekuatan kemampuan dan
potensi-potensi tersebut. Bagaimana proses pengembangan kekuatan-kekuatan
tersebut tiap aliran atau teori mengemukakan pandangan yang berbeda.
2.
Teori behaviorisme
Rumpun
teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan perilaku atau tingkah
laku yang dapat diamati. Teori- teori dalam rumpun ini bersifat molekular,
karena memandang kehidupan individu terdiri atas unsur- unsur seperti halnya
molekul- molekul.
3.
Teori cognitif- gestalt- field
Rumpun
ketiga adalah kognitif-gestalt–field. Kalau rumpun behaviorisme bersifat
molekular (menekankan unsur- unsur), maka rumpun ini bersifat molar atau
bersifat keseluruhan dan keterpaduan. Teori kognitif, dikembangkan oleh para
ahli psikologi kognitif, teori ini berbeda dengan behaviorisme, bahwa yang
utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui (knowing) dan bukan respons.
Namun
untuk memulai semua itu perlulah kita ketahui terlebih dahulu bagaimana prinsip
pengelolaan sistem, dimana terdapat perbedaan pendekatan paradigma top-down dan
paradigma bottom-up dalam berbagai lapisan. Diantaranya pada sistem pendidikan
pendekatan paradigma top-down berupa menentukan ketentuan untuk membudayakan
peserta didik sedangkan paradigma bottom-up menjamin aturan pokok dan
tersedianya sumber daya.
Pada sistem pengelolaan menurut paradigma top-down harus mampu menunjukkan petunjuk operasional sedangkan paradigma bottom-up hanya menyediakan informasi yang ada dan mengatur sumber daya yang diperlukan tanpa perlu menunjukan petunjuk operasionalnya. Pada paradigma top-down sistem belajar pembelajaran harus mampu melaksanakan petunjuk dan mengawasi agar segala sesuatunya sesuai dengan petunjuk yang ada. Namun menurut paradigma bottom-up sistem belajar pembelajaran harus bisa merancang terlebih dahulu pedoman yang akan dilaksanakan dan mengelola sumber belajar agar dapat menarik minat siswa sehingga pengalaman belajar siswa yaitu mampu memecahkan masalah belajar. Berbeda dengan paradigma top-down dimana pengalaman belajar siswa hanya merespon pelajaran.
Pada sistem pengelolaan menurut paradigma top-down harus mampu menunjukkan petunjuk operasional sedangkan paradigma bottom-up hanya menyediakan informasi yang ada dan mengatur sumber daya yang diperlukan tanpa perlu menunjukan petunjuk operasionalnya. Pada paradigma top-down sistem belajar pembelajaran harus mampu melaksanakan petunjuk dan mengawasi agar segala sesuatunya sesuai dengan petunjuk yang ada. Namun menurut paradigma bottom-up sistem belajar pembelajaran harus bisa merancang terlebih dahulu pedoman yang akan dilaksanakan dan mengelola sumber belajar agar dapat menarik minat siswa sehingga pengalaman belajar siswa yaitu mampu memecahkan masalah belajar. Berbeda dengan paradigma top-down dimana pengalaman belajar siswa hanya merespon pelajaran.
Setelah
memahami mengenai paradigma top-down dan bottom-up maka seorang guru dalam
menggunakan media pendidikan yang efektif, harus memiliki pengetahuan dan
pemahaman yang cukup tentang media pendidikan/ pengajaran. Pengetahuan tersebut
menurut Oemar Hamalik (1985: 16), dalam Asnawir & Usman (2002: 18):
1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih
mengefektifkan proses belajar mengajar,
2. Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
3. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar,
4. Hubungan antara metode mengajar dengan metode pendidikan,
5. Nilai dan manfaat media pendidikan,
6. Memilih dan menggunakan media pendidikan,
7. Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan,
8. Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan,
9 Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan. Karena itu media pendidikan sangat penting sekali untuk menungjang pencapaian tujuan dari pendidikian itu sendiri.
2. Media berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan,
3. Penggunaan media dalam proses belajar mengajar,
4. Hubungan antara metode mengajar dengan metode pendidikan,
5. Nilai dan manfaat media pendidikan,
6. Memilih dan menggunakan media pendidikan,
7. Mengetahui berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan,
8. Mengetahui penggunaan media pendidikan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan,
9 Melakukan usaha-usaha inovasi dalam media pendidikan. Karena itu media pendidikan sangat penting sekali untuk menungjang pencapaian tujuan dari pendidikian itu sendiri.
Lingkungan
adalah sesuatu gejala alam yang ada disekitar kita, dimana terdapat interaksi
antara faktor biotik (hidup) dan faktor abiotik (tak hidup). Lingkungan menyediakan
rangsangan (stimulus) terhadap individu dan sebaliknya individu memberikan
respons terhadap lingkungan. Dalam proses interaksi itu dapat terjadi perubahan
pada diri individu berupa perubahan tingkah laku.Oemar Hamalik (2004 : 194)
dalam teorinya “Kembali ke Alam” menunjukan betapa pentingnya pengaruh alam
terhadap perkembangan peserta didik. Menurut Oemar Hamalik (2004: 195)
Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional
yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang
penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan sebagai sumber
belajar. Lingkungan meliputi: Masyarakat disekeliling sekolah; Lingkungan fisik
disekitar sekolah, Bahan-bahan yang tersisa atau tidak dipakai dan bahan-bahan
bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai sumber atau alat bantu dalam
belajar; dan Peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
Jadi
media pembelajaran lingkungan adalah pemahaman terhadap gejala atau tingkah
laku tertentu dari objek atau pengamatan ilimiah terhadap sesuatu yang ada di
sekitar sebagai bahan pengajaran siswa sebelum dan sesudah menerima materi dari
sekolah dengan membawa pengalaman dan penemuan dengan apa yang mereka temui di
lingkungan mereka. Dengan adanya pemanfaatan lingkungan sebagai media
pembelajaran ini guru berharap siswa akan lebih akrab dengan lingkungan
sehingga menumbuhkan rasa cinta akan lingkungan sekitarnya. Langkah awal yang
dapat dilakukan (Asnawir & Usman, 2002: 109):
1. Menanami halaman sekolah dengan tumbuh-tumbuhan
dan bunga-bunga;
2. Membawa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kedalam kelas;
3. Mengusahakan mengoleksi rumput-rumputan dan daun-daunan (herbarium), serangga (insektarium), ikan dan binatang air (aquarium);
4. Menggunakan batu-batuan dan kerang-kerangan, semua ini dapat dijadikan sebagai sumber pelajaran.
2. Membawa tumbuh-tumbuhan dan hewan-hewan kedalam kelas;
3. Mengusahakan mengoleksi rumput-rumputan dan daun-daunan (herbarium), serangga (insektarium), ikan dan binatang air (aquarium);
4. Menggunakan batu-batuan dan kerang-kerangan, semua ini dapat dijadikan sebagai sumber pelajaran.
Pemanfaatan
lingkungan sebagai media pembelajaran ini lebih bermakna disebabkan para siswa
dihadapkan langsung dengan peristiwa dan keadaan yang sebenarnya secara alami,
sehingga lebih nyata, lebih faktual, dan kebenarannya dapat dipertanggung
jawabkan. Banyak keuntungan yang diperoleh dari kegiatan mempelajari lingkungan
dalam proses belajar mengajar ( Sudjana & Rivai, 2002: 208):
1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak
membosankan siswa duduk di kelas berjam-jam, sehingga motivasi belajar siswa
akan lebih tinggi,
2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan langsung dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami,
3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat,
4. Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta,
5. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan social, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain, dan Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta akan lingkungan.
Selain itu untuk memanfaatkan lingkungan sekitar harus memenuhi beberapa syarat tertentu diantaranya :
1. Harus sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran,
2. Dapat menarik perhatian siswa,
3. Hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat,
4. Dapat mengembangkan keterampilan anak berinteraksi dengan lingkungan,
5. Berhubungan erat dengan lingkungan siswa, dan
6. Dapat mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa.
2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan langsung dengan situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami,
3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat,
4. Kegiatan belajar lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau mendemonstrasikan, menguji fakta,
5. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa beraneka ragam seperti lingkungan social, lingkungan alam, lingkungan buatan, dan lain-lain, dan Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di sekitarnya, serta dapat memupuk rasa cinta akan lingkungan.
Selain itu untuk memanfaatkan lingkungan sekitar harus memenuhi beberapa syarat tertentu diantaranya :
1. Harus sesuai dengan garis-garis besar program pengajaran,
2. Dapat menarik perhatian siswa,
3. Hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat,
4. Dapat mengembangkan keterampilan anak berinteraksi dengan lingkungan,
5. Berhubungan erat dengan lingkungan siswa, dan
6. Dapat mengembangkan pengalaman dan pengetahuan siswa.
Pada
dasarnya pelaporan kegiatan hasil belajar merupakan kegiatan mengkomunikasikan
dan menjelaskan hasil penilaian seorang guru terhadap perkembangan siswa.
Kemudian informasi mengenai hasil penilaian proses dan hasil belajar serta
hasil mengajar yaitu berupa penguasaan indikator yang telah ditetapkan, oleh
peserta didik informasi hasil penilaian ini dapat digunakan sebagai sarana
untuk memotivasi peserta didik dalam pencapaian pembelajaran, agar dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran. Bentuk laporan hasil penilaian proses dan
hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor Haryati (2007
:115)
Menurut
Sudjana (2002 : 45) dalam proses belajar-mengajar, tipe hasil belajar yang
diharapkan dapat dicapai siswa penting diketahui oleh guru, agar guru dapat
merancang atau mendesain pengajaran secara tepat dan penuh arti. Setiap proses
belajar-mengajar keberhasilannya diukur dari seberapa jauh hasil belajar yang
dicapai siswa, disamping diukur dari segi prosesnya. Artinya, seberapa jauh
tipe hasil belajar yang dimiliki siswa. Tipe hasil belajar harus nampak dalam
tujuan itulah yang akan dicapai oleh proses belajar-mengajar. Menurut Sudjana
(2002 : 39) hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi oleh dua faktor
utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar
diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama
kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Hasil belajar siswa disekolah 70%
dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan. Disamping
faktor kemampuan yang dimiliki siswa juga ada faktor lain, seperti motivasi
belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial
ekonomi, faktor fisik, dan psikis.
BAB
III
PENUTUP
·
Kesimpulan
Lingkungan
merupakan salah satu tempat atau wahana untuk digunakan sebagai media
pembelajaran dalam proses belajar mengajar, karena dapat menumbuhkan minat dan
merangsang mereka untuk berbuat dan membuktikannya. Hal ini sangat baik dan
cocok dilakukan dalam mata pelajaran biologi, karena pemahaman para siswa
tentang biologi adalah ilmu hafalan dan tidak bermanfaat bagi kehidupan dan
juga akibat dari pengalaman belajar yang bersifat verbalistis dan tidak pernah
diajak belajar keluar kelas sedangkan dalam ilmu biologi harus sesuai dengan
apa yang ada dalam alam ini karena, biologi didalam Sekolah Menengah Atas
merupakan Mata pelajaran sains dimana siswanya dituntut untuk dapat memahami
konsep biologi dan mengembangkan daya nalar untuk memecahkan masalah yang
dihadapi sehari-hari.
Agar
penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar berhasil dengan baik, perlu
dilakukan langkah-langkah: perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Dalam
langkah- langkah tersebut, guru dan siswa terlibat aktif sehingga kegiatan
pemanfaatan lingkungan tersebut menjadi tanggung jawab bersama.
·
Saran
Makalah ini sangat jauh
dari kesempurnan, maka dari itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran untuk makalah ini yang tentunya sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyempurnakan makalah ini.Semoga
makalah ini bisa menjadi salah satu acuan dalam pembuatan makalah selanjutnya
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto
Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Asnawir dan Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press
http://begawanafif.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 24 Januari 2010.
M. Subana. dan Sudrajat.2005. Dasar-dasar penelitian ilmiah. Bandung: Pustaka Setia
Mimin Haryati. 2007. Model dan Teknik Penilaian Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Asnawir dan Usman. 2002. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Press
http://begawanafif.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 24 Januari 2010.
M. Subana. dan Sudrajat.2005. Dasar-dasar penelitian ilmiah. Bandung: Pustaka Setia
Mimin Haryati. 2007. Model dan Teknik Penilaian Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.
Mohamad
Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani
Quraisy.
Oemar
Hamalik. 2004. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemantri dan Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.
Sudjana dan Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: sinar Baru Algensindo
Sudjana. 2002. Dasar- Dasar Proses Belajar Mangajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA
Sukmadinata, NS. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Surapranata Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosda Karya.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Soemantri dan Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika Dalam Penelitian. Bandung : CV Pustaka Setia.
Sudjana dan Rivai. 2002. Media Pengajaran. Bandung: sinar Baru Algensindo
Sudjana. 2002. Dasar- Dasar Proses Belajar Mangajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Sugiyono. 2004. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : ALFABETA
Sukmadinata, NS. 2004. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.
Surapranata Sumarna. 2004. Analisis, Validitas, Reabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar